SURO DIRO JOYONINGRAT,LEBUR DENING PANGASTUTI

SURO DIRO JOYONINGRAT,LEBUR DENING PANGASTUTI

Rabu, 26 November 2014

DASAR2 PENDIDIKAN PSHT

Dasar-Dasar Pendidikan SH Terate

Disampaikan Oleh: KRAT.H.Tarmadji Boedi Harsono, SE

Assalamualaikum Wr Wb

PANDANGAN UMUM

Pada hahikatnya, pendidikan di Setia Hati Terate itu merupakan konsep pendidikan sepanjang masa. Karena itu sistem yang digunakan pun harus bisa mengikuti perkembangan zaman.Yakni konsep pendidikan berkualitas, berdaya saing tinggi dan bisa diterima oleh masyarakat luas.

Pada era perintisan, karena saat itu adalah zaman penjajahan, Bapak Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pendiri Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC), cikal bakal SH Terate, memformat konsep latihan pencak silat sebagai basis pelatihan pemuda untuk melawan penjajah. Beliau mulai melatih pencak silat tahun 1922. Tapi baru memberi nama perguruan pencak silat yang dirintisnya itu tahun 1924 dengan nama Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC).

Kemudian di kediaman beliau, Desa Pilangbango (sekarang Kelurahan Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun), Bapak Hardjo Oetomo juga mengumpulkan sejumlah pemuda setempat. Mereka dilatih pencak silat, sebagai bekal berjuang melawan penjajah Belanda.

Karena Bapak Hardjo Oetomo itu murid dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo (pendiri Setia Hati atau lebih sering disingkat SH), maka jurus yang ditularkan kepada murid muridnya saat itu adalah jurus milik SH yang lebih dikenal dengan jurus pencak Djoyo Gendilo Cipto Muljo.

Hemat saya, KRAT H. Tarmadji Boedi Harsono Adi Nagoro,SE, Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, Bapak Hardjo Oetomo tidak pernah menciptakan jurus sendiri. Jurus yang diajarkan kepada murid muridnya saat itu adalah jurus yang diperoleh beliau saat berguru kepada Ki Ngabehi Soeradiwirjo.

Jurus milik SH Winongo itu terus diajarkan kepada siswa, sejak berdiri hingga SH PSC berubah nama menjadi SH Terate pada tahun 1942, bahkan sampai masa kepemimpinan Soetomo Mangkoedjojo pada tahun 1953 – 1956.

Karena Bapak Hardjo Oetomo mendirikan perguruan pencak silat baru dan tetap menggunakan jurus SH, saat itu SH Terate sering diolok olok sebagai “SH Murtad.”

Pada tahun 1956, saat Bapak Irsad jadi Ketua Pusat SH Terate, mulai dilakukan uji materi dan pendalaman gerakan jurus SH. Hasilnya, penyempurnaan jurus. Antara lain, pukulan mbandul pada jurus 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) diganti dengan menohok. Kemudian jurus 8 (delapan) pasangan nangkis dan tendangan dua kali.

Pada saat Pak Irsad memimpin SH Terate juga diciptakan senam dari senam 1 (satu) sampai dengan senam 90 (Sembilan puluh). Kemudian, diciptakan pula Kode Pendekar SH Terate.

Pendalaman uji materi gerakan jurus dan penciptaan senam ini dilakukan, selain untuk mempertajam pelajaran pencak silat yang diberikan kepada siswa, juga dikandung maksud agar SH Terate tidak dijuluki SH Murtad

Pelajaran pencak silat dengan gerakan senam dan jurus yang disempurnakan di era Pak Irsad memimpin SH Terate inilah yang akhirnya dijadikan gerakan pencak silat baku SH Terate.

Oleh Pak Irsad, gerakan senam dan jurus yang telah disempurnakan itu kemudian diajarkan kepada murid pertama beliau. Yakni RM. Imam Koesoepangat.Boleh dibilang Mas Imam (penggilan akrab RM Imam Koesoepangat) merupakan siswa SH Terate yang pertama kali menerima pelajaran pencak dengan materi senam 1 (satu) sampai dengan 90 (sembilan puluh) ciptaan Pak Irsad dan pelajaran jurus yang telah disempurnakan.

Saya, KRAT H Tarmadji Boedi Harsono Adi Nagoro,SE, adalah anak didik Mas Imam yang pertama. Sejak saya latihan dan disyahkan pada tahun 1963, pelajaran pencak silat yang saya terima saat itu juga pelajaran pencak yang sudah disempurnakan pada era Pak Irsad. Yakni, senam 1 (satu) sampai dengan 90 (Sembilan puluh). Jurus yang sudah disempurnakan, pasangan, kemudian sambung persaudaraan.

Maknanya, sejak Mas Imam melatih, kemudian memimpin SH Terate, yang diajarkan beliau adalah senam dan jurus baru. Sedangkan jurus lama tidak lagi digunakan, karena jurus itu miliknya SH Winongo.

Di sela sela pelajaran itu diberikan permainan kripen, permainan toya. Terakhir dididik kerokhanian atau kebatinan. Istilahnya ilmu “kang aweh reseping ati “ (ketenangan batin). Kemudian berkembang lagi ada pelajaran osdower.

Sementara itu, bagi saudara saudara kadang SH Terate yang mempelajari ilmu kebatinan dn kanuragaan, ibaratnya ngelmu amrih dibacok ora tedas (mempelajari ilmu kekebalan), ditembak lakak lakak (ditembak malah tertawa), saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan, dengan catatan ilmu yang dipelajari itu dipergunakan hanya untuk pengayaan keilmuan secara pribadi dan tidak memasukkannya ke kurikulum pelajaran keilmuan di SH Terate.

Perlu saudara ketahui sejak tanggal 11 Agustus 1966 di dalam rapat Pusat telah sepakat bahwa SH Terate tidak akan berpolitik. SH Terate hanya akan berdharma untuk mendidik masyarakat lewat pelajaran budi pekerti luhur. (Dokumen terlampir)

Perkembangan selanjutnya, setelah saya melatih dan diserahi amanah memimpin Setia Hati Terate, pelajaran pencak silat yang diberikan kepada siswa hamper semuanya memakai jurus yang telah disempurnakan, dan terus pelajaran itulah yang dberikan sampai sekarang.

Perlu dicatat, sejak Mas Imam memimpin Setia Hati Terate, Tahun 1974, dilanjutkan masa kepemimpinan Pak Badini Tahun 1977, samapai pada masa kepemimpinan saya, KRAT. H Tarmadji Boedi Harsono Adi Nagoro,SE, sebenarnya masih banyak kadang Setia Hati Teate yang mempelajari jurus lama (Jurus SH Winongo). Tapi sejauh ini mereka tidak pernah mempermasalahkan. Saya pribadi juga tidak pernah mempermasalahkan, sepanjang itu hanya untuk pengetahuan dan pengayaan keilmuan pribadi pribadi warga.

Sebab menurut hemat saya, jurus yang sekarang disebut sebut sebagai jurus lama itu milik SH Winongo. Referensinya, selama ini belum ada sumber terpercaya yang mengatakan, bahwa pendiri SH Terate, Pak Hadjo Oetomo, menciptakan gerakan jurus sendiri. Yang beliau ajarkan kepada murid muridnya adalah jurus milik SH Winongo.

Sementara pelajaran pencak silat yang dijadikan ajaran baku di Setia Hati Terate adalah jurus yang sudah disempurnakan di masa kepemimpinan Pak Irsad.

Secara garis besar bisa saya simpulkan, bahwa pelajaran pencak silat di SH Terate dari dulu sampai sekarang masih sama. Yakni :

Didikan Lahiriyah
Senam dari senam 1 (satu) sampai dengan senam 90 (Sembilan puluh)
Jurus 1 (satu) sampai 36
Pasangan
Sambung Persaudaraaan
Ke-SH-an (kerokhanian atau kebatinan)
Permainan Blati
Permainan Toya
Permaian Krippen
Osdower

Didikan Batiniyah (Ke-SH-an)

Didikan kerokhanian atau kebatinan atau juga biasa di sebut Ke-SH-an di SH Terate, bertitik tolak pada pendidikan mental spiritual dengan konsepsi ajaran budi luhur tahu benar dan salah beriman dan bertakwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Didikan ini sering pula saya sebutkan sebagai ngelmu kang gawe reseping ati (ilmu yang membuat ketenangan hati).. Dharma yang dilakukan, suka membahagiakan dan mendahulukan kepentingan orang banyak tanpa mengesampingkan kepentingkan pribadi.

Saya menjabarkan didikan kerokhanian itu dengan pepatah yang paling sederhana yang sengaja dipasang di dinding Padepokan AGung SH Terate. Yaitu : “Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe seneng ing liyan” (Jangan suka menyusahkan orang lain, sebab tidak ada jeleknya menyenangkan orang lain: Makna bebasnya, jangan suka membuat orang lain susah, tapi berbuatlah atau berdharmalah agar membahagiakan orang lain, hingga nantinya kita dicintai orang lain dan bias hidup damai, rukun dan bermartabat.)

 Konsep Pembagian Tingkatan
Pada dasarnya, tidak ada tingkatan dalam system komunikasi persaudaraan di SH Terate. Yang ada adalah saudara tua dan saudara muda. Kakak dan adik.
Tapi untuk mempermudah praktik pengajaran atau pendidikan, SH Terate memberikan konsep tingkatan dalam system pelajaran atau latihan pencak silat. Sajauh ini, tingkatan yang sudah diterapkan adalah sebagai berikut :

Tingkatan Materi Senam Jurus
Tingkat Polos 1 s/d 30 1 sd 6
Tingkat Jambon 31 s/d 45 6 s/d 11
Tingkat Hijau 46 s/d 60 12 s/d 20
Tingkat Putih 61 s/d 90 21 s/d 36

Disela sela materi pelajaran senam dan jurus ini diberikan pelajaran pasangan, sambung persaudaraan, permainan blati, krippen, osdower dan Ke-SH-an
Tingkatan Materi
Pendekar TK I mereka adalah siswa yang sudah disyahkan menjadi warga dan telah menyelesaikan seluruh materi pelajaran yang diberikan pada tingkat polos, jambon, hijau dan putih.

2. Pendekar TK II Jurus 1 s/d 15
3. Pendekar TK III Jurus 1

1. RENCANA PROGRAM PEMBAGIAN TINGKATAN
Rencana atau konsep pembagian tingkatan ini merupakan kebijakan yang diambil pengurus pusat, dan saya rasa sebagai program yang bisa dijadikan acuan untuk menjawab tantangan perkembangan SH Terate di masa masa yang akan datang.
Konsep pembagian tingkatan dalam pendidikan hasil kebijakan pengurus pusat adalah sebagai berikut :
Program lama : Tingkatan di SH Terate adalah Polos, Jambon, Hijau, Putih, Pendekar TK I, TK II, dan TK III.
PROGRAM BARU :
TINGKATAN MATERI
Tingkat I Jurus 1 sd Jurus 8
Tingkat II Jurus 8 sd Jurus 17
Tingkat III Jurus 18 sd Jurus 25
Tingkat IV Jurus 26 sd Jurus 35
PENGESAHAN WARGA Diberikan Jurus 36
Tingkat V Jurus 1 sd Jurus 5 (dulu jurus Tk 2)
Tingkat VI Jurus 6 sd Jurus 10 (jurus Tk 2)
Tingkat VII Jurus 11 sd 15 (jurus Tk 2)
PENGESAHAN Pelajaran batiniyah atau kerokhanian
Tingkat VIII Jurus hanya 1 (jurus Tingkat 3)
Pelajaran batiniyah atau kerokhanian
Tingkat IX Pelajaran batiniyah menuju konsepsi
Manunggaling kawula Gusti.

Penghargaan :
Selain melakukan rencana perubahan tingkatan dalam proses pendidikan, pengurus pusat juga telah menggodok program pemberian penghargaan kepada warga SH Terate sesuai dengan kualitas SDM yang dimiliki. Wujud penghargaan tersebut berupa gelar kehormatan, Yakni :

PENGHARGAAN DIBERIKAN KEPADA :

1. DIMAS SATRIA ANOM Warga Tingkat I yang baru disyahkan

2. DIMAS SATRIATAMA Warga Tingkat I memiliki SDM berkualitas, pengabdian dan kesetiaan
3. KANGMAS WIRAANOM Warga TK II yang baru disyahkan

4. KANGMAS WIRAYUDA Warga TK II dengan loyalitas tinggi.

5. KANGMAS WIRATAMA Waga TK II yang dinilai suda Mumpuni

6. KI HADJAR ANOM Warga TK III (berjumlah 3 orang)

7. KI HADJAR Warga TK III (hanya berjumlah 1 orang, sebagai pucuk pimpinan)

Catatan :
1. Gelar DIMAS SATRIA ANOM dan DIMAS SATRIATAMA diusulkan oleh Cabang ke Pusat, setelah Cabang melakukan penilian terhadap warga TK I yang ada di cabang setempat.
2. Gelar WIRA, baik Wiraanom, Wirayuda dan Wiratama diberikan pusat baik atas usulan maupun tanpa usulan dari cabang.
3. Gelar HADJAR merupakan gelar tertnggi dalam tataran pendidikan di SH Terate. Galar ini diberikan oleh pusat (HADJAR) kepada warga yang benar benar memiliki loyalitas dan kesetiaan tinggi. Gelar HADJAR ANOM diberikan kepada warga yang telah menyandang galar WIRA, Baik Wairaanom, Wirotama, Maupun Wirayuda.

DEWAN PENGESAH
Dewan Pengesah (pengecer) diambil dari warga Tingkat II. Tapi tidak semua Warga TK II bisa menjadi Dewan Pengesah. Yang berhak menjadi DEWAN PENGESAH adalah Warga Tingkat II yang sudah memiliki PIN DEWAN PENGESAH.
PIN DEWAN PENGESAH diberikan kepada Warga Tingkat II yang sudah mengikuti penataran DEWAN PENGESAH di SH Terate Pusat Madiun. Calon DEWAN PENGESAH diusulkan cabang.
PIN DEWAN PENGESAH dibagi menjadi tiga, disesuaikan kualitas SDM DEWAN PENGESAH itu sendiri. Yakni :
1. PIN DEWAN PENGESAH Tingkat Lokal
2. PIN DEWAN PENGESAH Tingkat Regional
3. PIN DEWAN PENGESAH Tingkat Nasional (bersambung ke bagian 3 / Otonomi Cabang)
Makalah ini disampaikan oleh Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun H. Tarmadji Boedi Harsono,SE Rekernas PSHT Tahun 2014 di Padepokan SH Terate Pusat Madiun. (acs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar