Saatnya SH Terate Berbicara Kwalitas
Tak Lagi Kuantitas
Dengan
potensi 196 cabang tersebar di seluruh Indonesia, 26 komisariat
perguruan tiggi dan lima luar negeri, Setia Hati Terate, tak bisa lagi
dikatakan sebagai organisasi kecil. Fakta berbicara, kini SH Terate
tumbuh menjadi organisasi persaudaraan yang cukup diperhitungkan.
Menyadari itu, Ketua Umum Setia Hati Terate Pusat Madiun, H. Tarmadji
Boedi Harsono, SE, perlu menegaskan agar kadang tercinta kembali ke jati
diri. Salah satunya lewat pencanangan program kwalitas organisasi dan
pengembangan. Tidak hanya terjebak pada pola-pola pengembangan sisi
kuantitas.
Agar
tidak terjadi salah tafsir, berikut ini redaksi turunkan pidato Ketua
Umum SH Terate saat melantik pengurus pusat dan ketua cabang seluruh
Indonesia di Padepokan SH Terate, Madiun beberapa pekan silam.
Assalamualaikum Wr, Wb
Saudara
sekalian yang saya cintai.Ada beberapa yang ingin saya sampaikan.
Kenapa saya dengan pendadakan berpikir tentang pola pikir ormas–politik.
Sebab, dikotomi ini, kini mewarnai pola pikir kadang SH Terate. Tidak
saja, yang ada di Madiun tapi merata hampir di seluruh pelosok tanah
air.
Fakta berbicara, banyak saudara-daudara kita (Kadang SH Terate, pen) yang nyaleg (mendaftar jadi calon legislatif – pen).
Ada yang bisa memilah, ini kepentingan pribadi. Tapi banyak yang tidak
bisa memilah. Dan, baik secara implisit maupun terang-terangan membawa
nama organisasi. Atau istilah lainnya, ancik-ancik kamulyaning batih. (Memanfaatkan kekuatan saudara demi kepentingan pribadi).
Tujuan SH Terate
Kalau ini terus menerus melanda pada saudara saya, SH
Terate akan pecah jadi berkeping-keping. Kita lupa jati diri kita ini.
Untuk apa dan akan kemana SH Terate lahir di Indonesia dan di dunia ini.
Tujuan SH Terate itu sesungguhnya apa?
(Tujuan
SH Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur, tahu benar dan salah,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan
persaudaraan yang kekal dan abadi. Pada kesempatan lain Ketua
Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, sering menggunakan
kalimat beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kalimat bertakwa dan beriman kepada Allah Swt- pen)
Sisi lain, SH Terate di berbagai daerah saat ini bingung rebutan (pengaruh dan jabatan di organisasi – pen) dengan musda muscabnya (Musyawarah Cabang – pen). Sehingga, apa yang dipesankan leluhur, jadi kabur. Yang dipilih adalah yang punya jabatan di pemerintah. Kemudian sing sugih (yang kaya-pen), kemudian yang punya nama dalam arti kata embel-embel (gelar – pen) banyak.
Saya
sendiri tidak tahu. Saudara kita masih terbuai ini yang terbaik dengan
musyawarah. Arus dari bawah itu yang terbaik. Dampaknya, ketua cabang
terpilih dalam muscab, ada yang pas dan ada yang tidak pas. Akhirnya SH
Terate jadi blunder. Tugas pokoknya lali (lupa,pen). Tapi yang ada memilih sing bolone akeh (banyak pendukungnya – pen). Pengesahan gedhen-gedhenan mbuh apik mbuh elek, wong SH Terate dadi apik elek mbuh.
(pengesahan besar-besaran, tak peduli kualitas calon warga yang
disyahkan baik atau tidak. Tak peduli nanti kalau sudah jadi warga SH
Terate, calon warga itu baik atau jelek, pen). Ketua cabang terserah, bagaimana caranya jadikan orang SH Terate.
Kriteria Ketua Cabang
Saya tidak menyalahkan semuanya, ndak. Saya termasuk salah. Lupa saya. Maka saya carikan moment (melakukan pencermatan dan investigasi, pen) Opo to sebabe? (Apa sebenarnya penyulut persoalan itu, pen). Maka, (setelah Ketua Umum mendapatkan data dan mencermati akar persoalan dari data yang didapat – pen)
saudara sekretaris saya perintahkan agar cabang memilih tiga orang
(tiga orang yang dimaksud adalah tokoh SH Terate yang dinilai kapabel.
Senioritas, kesetiaan, penguasaan terhadap ajaran dan citra dia di
masyarakat, jadi kriteria – pen). Wis telu (tiga saja – pen).
(Dari
tiga nama yang dikirim dan diusulkan cabang, setelah menimbang dan
berembug dengan pengurus pusat, Ketua Umum SH Terate akhirnya menentukan
pilihan – pen). Kadang nomor satu, kadang nomor dua, kadang nomor tiga.
Kalau dulu ke Surabaya saya mencari Pak Darsono. Kalau ke Jogja, Pak Salyo, kalau ke Porong, Pak
Darjo, sehingga saya tahu. Mulailah saya tergelitik, tiap cabang harus
memilih tiga. Ini pertama kali? Kenapa harus tiga? Tidak. (sebenarnya)
Satu saja cukup. Kalau saja keliru berarti iki ora iso apik . Yo oleh milih. Kalau gak ada sama sekali, berarti SH Terate di wilayah tersebut, secara musyawarah, saya sampaikan saudara, ya ditutup.
Lha warga
SH Terate? Ya gak ada masalah. Cukup di cabang ini hanya ada warga SH
Terate. Tapi saya yakin, bahwa itu tidak akan terjadi.
Mungkin
saudara banyak yang bertanya, maunya Ketua Umum apa? Malah, belum
apa-apa sudah ada yang berani berkata, jabatan ketua SH Terate itu
seumur hidup. Saya bertanya, apa ada ketua cabang seumur hidup, apa ada
itu?
Biar
jadi ketua cabang, kalau orang itu tidak benar, bisa sehari diganti.
Kalau memang baik ya dipakai terus. (Parameter masa jabatan ketua
cabang, bukan waktu. Tapi, diukur berdasarkan kredibilitas, kapabilitas,
loyalitas dan kesetiaan terhadap organisasi -pen).
Saya mengharapkan, ketua cabang jadi tokoh yang baik di daerahnya. Jadi aku golek (saya mencari, pen) kiai Magetan itu Pak Suryadi (Drs. Surjadi, pen), gak orang lain. Gak ada itu orang lain. Pak Suryadi itu ya Pak Suryadi. Nganjuk (Cabang Nganjuk, pen) ya Pak Harsono. Jangan melihat sudah gak punya bolo (pendukung, pen). Pengesahannya sedikit tidak ada masalah. SH Terate tidak butuh akeh-akehan (besar-besaran, tidak mengejar kukantitas tapi kualitas-pen ).
Aku tidak ingin jadi orang DPR RI. Kalau saya ingin jadi orang DPR RI, bolo (teman-pen) saya banyak. SH Terate saya manfaatkan. Tidak ada kamus, di benak saya. Dulu ketika saya masuk ke dunia politik sudah dipesan almarhum (Alm. Imam Koesoepangat – pen). Hati-hati bermain politik. Wong politik itu kalau kita gak pinter gak ngerti akan dipolitisir orang lain. (Orang terjun ke dunia politik kalau tidak pandai, akan dipolitisir orang lain – pen).
Jadi SH Terate itu, mulai dulu sebelum reformasi ndak
ada kamus SH Terate masuk ke politik manapun. Saya pernah diminta masuk
kesatu partai. Pihak yang meminta saya ngotot. Saya bilang tidak! Kalau
oknumnya, silakan tidak apa-apa. Tapi lambangnya (organisasinya – pen) tidak. Tidak ikut sana tidak ikut sini . Perasaan saya, dulur-dulurku (saudara-saudara saya – pen) memahami ini. Kenyataan tidak semua mampu.Tidak semua bisa memisahkan, ini kepentingan pribadi, ini kepentingan organisasi.
Nah saat inilah SH Terate kembali pada jati diri. Nek (kalau – pen) dadi pengurus ojo (jangan) di belakang meja. Kita bersama-sama dulur (saudara – red) yang lain. Bahkan, sekali pun pengusurus pusat ya harus melatih. Koyo opo kowe (seperti apa kamu – pen). Tak tunggoni (saya tunggui – pen).
Sekarang ini di Padepokan, seminggu tiga kali diadakan latihan tingkat putih. Tak tunggoni dewe (Saya tunggui sendiri – pen). Senam, jurus, maupun ke-SH-an tak tunggoni iso ora (saya tunggui bisa tidak – pen). Jadi kalau saudara mengaku orang pusat yo iso mateng tenan (ya benar-benar matang – pen).
Perguruanya namanya pencak silat Setia Hati Terate, tapi kalau jurusan ora iso, isone mung mrentah tok lha ( Tapi jika main jurus tidak bisa, bisanya hanya main perintah – pen) kapan kita bisa. Masukkan orang-orang yang pinter pencak silat.
Pokok Ajaran SH Terate
Ajaran
SH Terate paling pokok adalah senam, jurus, pasangan, sambung. Itu
pokok. Di tengah itu diajari permainan toya, permainan kripen. Ora iso
toyak, ora iso kripen, ora iso glati, (Tidak bisa toya, tidak bisa
kripen,tidak bisa belati – pen) ndak masalah. Karena itu ajaran tambahan.
Kemudian pelajaran terakhir, latihan ousdower, peregangan, ousdower. Jadi yang dimuka (senam, jurus, pasangan, sambung -pen) sudah mampu, belakang ndak apa-apa. Kalau ada waktu diajari. Baru (setelah itu – pen) siswa diajari pendidikan rohani yang dikenal dengan ke-SH-an. Ya itu saja.
Segala sesuatu (segala laku – pen)
milik pribadi jangan dianggap ajaran SH Terate. Saya anak didik
almarhum (Alm. RM. Imam Koesoepangat).Tidak pernah almarhum itu bicara
bahwa inilah ajaran SH Terate. Kalau saya pertama kali kenal dengan
almarhum itu, Puncak Lawu yang paling hebat? Bukan. Itu (laku alm. Imam
Koesoepangat – pen), milik
pribadi yang ditularkan dari almarhum. Mau masuk ke tingkat II, mesti
naik ke Gunung Lawu? Sebetulnya tidak begitu. Saya dulu mau masuk ke
tingkat II testingnya ngubengi (berlari mengitari – pen) Kota Madiun paling lama 40 menit (waktunya dibatasi hanya 40 menit – pen). Kemudian berkembang, orang mau masuk ketingkat II harus mampu berjalan dari Plaosan ke Sarangan. Kalau ke puncak Lawu ndak. Perkembangan selanjutnya dari Tawang Mangu ke puncak Lawu. Itu apa? (Sebenarnya tujuannya apa? – pen). Hanya dites mentalnya. Itu punya kemauan keras apa tidak.
Kalau di SH Terate itu madep karep, mantep, sakehing loro, gedheing pati wani nglakoni gusti Allah gak sare (besar tekadnya dan berani menghadapi tantangan, Allah tidak pernah tidur – pen) . Maksudnya, kalau kamu berpijak rebah alur sadedek sapengawe (instropeksi – pen) sejak dari awal, tidak ada kamus tidak bisa jadi. Harus berupaya.
SH
Terate tidak membuka mata, kadangnya melakukan puasa (tirakat). Itu
urusan pribadi-pribadi. Silakan, tapi bukan urusan SH Terate. Kalau
saya, puasanya ya pada saat bulan Ramadhan. Apalagi, fisik saya mulai
menurun.
Jadi Politikus Yang Luhur
Perekonomian
orang politik itu tidak stabil. Kadang di atas, kadang di bawah. Tapi
saya tidak melarang warga SH Terate berpolitik. Tapi sing luhur. Ibaratnya begitu. Perkembangan-perkembangan ini menjadikan kita ini terbuai salah rasa.
Kabar
yang saya ikuti terus Ponorogo. Saat pemilihan bupati, tidak semua
kadang milih Asmuni (ketua cabang Ponorogo – kebetulan ikut jadi calon
bupati – pen). Padahal dia
ketua cabang. Ini tidak kita sadari oleh orang-orang SH Terate, bahwa
daerah ini dari pelantikan Bupati Ponorogo, sepenuhnya sampai sekarang
tidak kondusif. Merosot dari 9 ribu hanya 9 ratus calon warganya.
Bagaimana? Biasa, gak usah dipikir. Itulah romantika kehidupan. Dan ternyata SH Terate ini hanya mendidik, menciptakan manusia berbudi luhur.
Kedua
Nganjuk. Secara hitungan kertas, Nganjuk menang. Tapi waktu itu saya
bilang tidak. Kenapa? Karena dulur-dulur masih memikirkan diri sendiri.
Apa SH Terate jelek? Tidak! Hanya kita, warga SH Terate masih condong pada kepentingan masing-masing.
Masuk
di kabupaten Madiun. Saya dicalonkan, kalau saya mau duduk manis,
partai yang mencalonkan saya yang bergerak. Apakah itu menguntungkan? Ya
tidak. Saya tidak mau karena dulur-dulur SH Terate belum bisa menyatu.
Nek permasalahannya begini, nek ngono SH Terate kembali saja ke jati diri SH Terate. Tujuan SH Terate itu apa? Tak balekno kabeh.
Biarpun kita ini bukan pengurus, organisasi kita ini paseduluran tapi
paseduluran pun tidak boleh keluar dari rambu-rambu perguruan. Maka
mulai sekarang ini pelantikan pengurus pusat Setia Hati Terate bukan persaudaraan SH Terate.
Setelah
ini terbentuk, kemudian ditindaklanjuti . Lembaga-lembaga apa yang kita
perlukan. Lembaga politik, lembaga yang katakan apa itu yang ikut peran
dengan lembaga wanita, guru dan lembaga-lembaga lain.
Tidak Semua Warga Boleh Melatih
Semua orang boleh nglatih tapi harus melalui proses penataran. Tidak semua orang SH Terate boleh melatih. Harus mengikuti penataran dulu . Tidak boleh njatah. Aku biyen ngono aku sekarang yo ngono. Tidak. Nek orang SH Terate nek perlu kaos yo rene. Kita ingatkan sekali dua kali, sesudah itu diilingne. Kita ini sudah susah-susah waktu dipakai untuk membina SH Terate. Ada siang ada malam, ada yang teknik ada yang ke SH an. Dengan catatan sing tak gladi ini orang yang patut dijadikan.
Pelatih itulah yang dipercaya oleh kita. Tiap malam kita berangkat , kemudian pelatih tidak kita biayai. Tidak dapat apa-apa. Kalau dapat apa-apa, ya habis oleh cabang hak-haknya pusat digowo.
Tidak masalah, kalau itu diajarkan betul. Tegas saya katakana, kalau
dipakai tidak betul, kita permasalahkan. Uang mahar itu sebetulnya uang muspro.
Kalau bisa dikasih kefakir miskin karena itu bukan sumber keuangan
kita. Hanya saja, saya berterikasih kepada cabang yang bisa penuh.
Menghimpun Dana Abadi
Tapi
sekarang saya sampaikan kepada saudara sekalian, mulai kita hitung uang
mahar yang melalui proses pengesahan. Akan kita masukan dana abadi.
Pada saatnya nanti 25% dari biaya – biaya itu, milik saudara. Karena apa
pada dasarnya siswa milih SH Terate dan saudara juga ikut memiliki.
SH
Terate bisa bangun padepokan bisa bangun gedung sana-sini bukan hanya
untuk orang Madiun. Tapi milik SH Terate. Milik kita semua.
Proses
pembentukan dan pengelolaan dana abadi, kita butuh lembaga sendiri.
Ibaratnya, saudara tiap bulan itu jajan berapa kali. Tiap jajan itu
berapa? Mulai sekarang, sebagian tidak anda keluarkan untuk jajan, tapi
diberikan pada lembaga ini. Saya yakin dalam tempo singkat, jika
didukung cabang se Indonesia, tiap tahun tinggal menghitung jumlahnya.
Kita
untuk apa? Kalau saya boleh tanya di Sh terate ini ini boleh dikatakan
kalau ditanya saudara itu siapa? Jawabnya tidak jabatan saya . Saya
orang SH terate menunjukkan kelas tidak pameran satu sama lain. Ada yang
menggerutu mas saya minta ini sekian untuk ini , tidak ada masalah
sebenarnya . tapi tabu orang SH terate selalu berkeluh kesah
Jadi
SH Terate mulai sejak berdirinya, lalu tujuannya, apa watak sifat orang
SH Terate, bagaimana prilaku sehari-hari, sampai falsafah, alur ini
harus diketahui.
Apa
yang ada sekarang ini harus kita ikuti bersama. Yang lalu, SH Terate
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, timbul pro dan
kontra. Mengapa ketua kok ada penetapan ketua? Apa udah ….
Rame! Ndak! Saya menjalankan aturan main. Saya mengajukan hak paten SH
Terate dan ternyata mendapatkan tanggapan. Kemudian kita, SH Terate,
satu komando. Nek seneng yo meluo nek gak seneng leren silakan. Kalau ingin bertanya, ya kita jawab. Kalau saudara sampai menjadi kiyai-kiyaine SH Terate, ya bisa. Dadi boloku akeh.
Draf AD/RT itu tak kirim ke Mas Sakti, kemudian mas Taufik, di Timur Mas Yahmin ada 25. Tugasnya mengoreksi, 7-8 cukup. Apa
yang kita buat, ternyata ditanggapi positif. Nek sekarang ini, berikan
dulu, itu masih tahap awal. Yang nantinya anggaran dasar /RT kita
sempurnakan. (Terate)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar